Jumat, 20 Maret 2015

Chinese Restaurant Syndrome

Chinese restaurant syndrome merupakan istilah yang dipopularkan pada tahun 1968 menanggapi kesakitan setelah konsumsi makanan di restoran Cina. Meski belum terbukti secara signifikan, penyedap monosodium glutamat (MSG) yang memberikan rasa umami dipersalahkan karenanya dengan pertimbangan bahwa MSG ditambahkan pada masakan tersebut. Meskipun asosiasi makanan Food and Drugs Administration (FDA) mengklasifikasikan MSG sebagai bahan tambahan makanan yang cenderung aman, pemakaian MSG masih menjadi kontroversi. Berbagai dampak jangka panjang dan jangka pendek dilaporkan akibat penggunaan MSG. Untuk efek jangka panjang, MSG dikaitkan dengan peningkatkan risiko keganasan serta gangguan sistemik lainnya. Sementara itu, salah satu akibat akut yang ditimbulkan adalah kumpulan gejala yang dinamai chinese restaurant syndrome.

Adapun gejala yang dimaksud meliputi nyeri kepala, wajah memerah, berkeringat, rasa berat di kepala, jantung berdebar-debar, nyeri dada, mual, muntah, sensasi terbakar, kebas, dan kaku yang umumnya muncul sekitar 2 jam setelah konsumsi MSG.

Pada tahun 2010, dipublikasikan salah satu penelitian mengenai hubungan MSG dengan nyeri kepala. Penelitian tersebut menemukan adanya keterkaitan antara konsumsi MSG dengan nyeri kepala, ketegangan otot, serta peningkatan tekanan darah.

Hal tersebut mungkin dikarenakan kerja MSG pada pembuluh darah arteri. Hipotesis lain, menghubungkan konsumsi MSG dengan peningkatan kadar glutamat dalam tubuh, yang mana glutamat berlebihan merupakan racun bagi sel-sel saraf, termasuk pula otak.

Begitupun, masih ada kontroversi yang menganggap bahwa chinese restaurant syndrome muncul akibat reaksi alergi terhadap MSG. Faktanya, glutamat memang merupakan perangsang (eksitasi) sel saraf.

Pemberian MSG pada bahan makanan yang dikonsumsi ibu hamil dan menyusui juga perlu diwaspadai. MSG disekresikan dalam air susu. Mengingat bayi bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, ditakutkan bayi akan lebih cepat memberikan respon terhadap glutamat di dalam tubuhnya.

Eksitasi glutamat pada persarafan bayi berpotensi menimbulkan nyeri, penurunan kesadaran, kejang, perdarahan, muntah hingga kematian. Perangsangan sel saraf secara terus-menerus tanpa diimbangi oleh substansi inhibisi juga berpotensi merusak sel saraf itu sendiri.

Lebih jauh lagi, pada anak-anak masuknya MSG ke bagian kontrol di otak meningkatkan risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Terlepas dari kebenaran apakah MSG aman atau tidak, rasanya akan lebih bijak jika sedapat mungkin kita membatasi penggunaan MSG sebagai antisipasi terhadap hal yang tidak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar