Dalam rangka persiapan
untuk menghadapi ujian nasional, maka diadakan penulisan karya ilmiah dengan
berbagai tema. Penulisan makalah ini secara tidak langsung menambah pengetahuan
siswa di berbagai bidang terutama dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Nilai
Ujian Nasional yang menurun 3 tahun terakhir ini disebabakan
oleh banyak sekali faktor, seperti :
Yang pertama adalah rendahnya minat membaca.
Kenapa bisa seperti itu? Padahal jika dicermati lebih jeli, penerbitan buku,
majalah maupun koran sangat meningkat. Tetapi sayang, minat ini hanya terbatas
pada membaca koran dan majalah. Sedangkan minat baca yang dimaksud tentunya
juga membaca buku yang memuat pengetahuan umum yang menjadikan siswa cerdas dan
mampu bersaing setaraf dengan siswa dari negeri lain di bidang apa saja.
Rendahnya minat membaca juga dipengaruhi berbagai faktor seperti, a) banyaknya
jenis hiburan, permainan (game) dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian
anak-anak dari buku. b) banyaknya
tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti taman rekreasi, tempat karaoke,
night club, mall, dan supermarket. c) sarana
untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih
merupakan barang aneh. d) sifat malas yang merajalela dikalangan anak-anak
untuk membaca dan belajar demi kemajuan diri masing-masing.
Yang
kedua adalah kurangnya berlatih soal yang berstandar. Pada dasarnya berlatih
soal sebelum ujian nasional berlangsung merupakan hal yang harus dilakukan,
karena dengan mengerjakan soal-soal yang ada membuat siswa menjadi hafal materi
ujian dengan sendirinya. Tapi apakah soal yang dikerjakan siswa sudah termasuk
dalam kategori soal yang berstandar? Soal berstandar adalah soal yang memiliki
tinggat kesulitan tinggi. Jika siswa mampu menguasai soal dengan tingkat
kesulitan tinggi, bukankah siswa juga akan mampu menguasai soal yang mudah?
Tapi kenapa siswa malah lebih memilih meninggalkan soal-soal yang sulit?
Jawabannya ada di diri siswa masing-masing.
Yang ketiga adalah budaya
mengandalkan bocoran, SMS, atau menyontek Orang yang di contek maupun orang
yang telah memberikan bocoran belum tentu jawabannya benar. Apalagi dua tahun
terakhir ini soal ujian nasional terdiri
dari dua puluh paket soal. Tentu saja setiap anak mempunyai soal yang
berbeda-beda. Usaha pemerintah untuk meminimalkan para siswa untuk tidak
menyontek masih saja tidak digubris. Para siswa malah mengandalkan pesan
singkat atau SMS. Siswa yang mendapatkan kode soal yang sama sering berbagi
jawaban kepada siswa lain. Mereka kebanyakan menggunakan broadcast messaage
atau pesan siaran melalui bbm. Tak jarang juga siswa yang mengirimkan pesan
singkat kepada gurunya untuk menanyakan jawaban. Selain itu banyak juga yang
mendapatkan bocoran kunci jawaban dari pihak-pihak yang menjual kunci jawaban.
Sungguh sangat disayangkan padahal ujian nasional itu digunakan untuk menilai
seberapakah kemampuan siswa setelah melakukan pendidikan selama kurang lebih
tiga tahun. Akan tetapi siwa malah menyalah gunakannya dengan cara mengandalkan
bocoran, SMS, maupun menyontek. Siswa seharusnya menghadapi ujian nasional
dengan hasil pemikirannya sendiri bukan malah menghalalkan segala cara.
Keempat adalah kurangnya konsep
keilmuan yang dimiliki siswa. Sebagian besar konsep ilmu yang dimiliki siswa
hanya sebatas ilmu dasar. Siswa seharusnya memahami konsep ilmu sampai
seluk-beluknya untuk benar-benar
memahami suatu ilmu. Jika ditanya ilmu dasar sebagian besar siswa akan
menjawab dengan mudah dan benar, tapi jika ditanya lebih mendalam tentang suatu
ilmu, banyak sekali siswa yang bereaksi diam. Jadi disarankan untuk para siswa
agar lebih mendalami konsep keilmuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar